Daftar Blog Saya

Selasa, 25 Maret 2014

tugu yogyakarta

Indahnya Tugu Yogyakarta Sampai Megahnya Borobudur

Rizki Ramadan - d'Traveler - Rabu, 23/10/2013 13:24:00 WIB
detikTravel Community -  Pesona Yogyakarta bukan hanya parade kereta kuda Royal Wedding Keraton Yogyakarta. Masih ada Monumen Tugu Yogyakarta dan kalau perlu menjelajah sampai Candi Borobudur, dan juga menikmati citarasa kuliner Kota Gudeg.

Weekend telah tiba, saya bersama kakak, sepupu dan temannya berangkat menuju Yogyakarta dengan mengendarai sepeda motor. Kami berniat berkeliling Kota dan berkunjung ke pantai sekitar Gunungkidul. Ketika itu jalur yang kami lalui dari Kota Purwokerto menuju Banyumas, ke timur menuju Sumpiuh, Tambak dan memasuki daerah Gombong, Kebumen. Dari Kebumen dilanjutkan ke jalur alternatif menuju Petanahan yang berjarak sekitar 120 kilometer untuk sampai di Yogyakarta. Jalanan lurus di jalur Selatan ini mampu memotong waktu tempuh menjadi lebih cepat ke arah Wates ataupun Bantul.

Ketika itu kami melewati jalur Wates dan tiba di Yogyakarta pukul 10.30 WIB. Setibanya di Yogyakarta, kami langsung berhenti di kawasan Malioboro dan beristirahat melepas lelah perjalanan. Selang beberapa menit, perut kami mulai kelaparan, kami pun bergegas ke Warung Raminten yang terletak di Jl FM Noto 7, Kotabaru, Yogyakarta. Sebuah restoran dengan konsep Jawa klasik yang sangat kental, diiringi alunan suara gendingan, terlihat juga sesaji yang khas dengan wangi kemenyan.

Para pengunjung terlihat sangat ramai menikmati makan siang di restoran yang mungkin terkenal di seluruh kota Yogyakarta. Uniknya lagi, para pelayan memakai busana Jawa dengan dandanan yang elok. Ketika seorang pelayan mencatat pesanan di meja kami, mereka memegang handy talky sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk memastikan ada atau tidaknya ketersediaan makanan yang akan dipesan. Cukup unik bukan?

Ketika itu, saya memesan ice cream green tea, nasi dan ayam goreng. Menu di restoran ini terbilang cukup khas makanan Yogyakarta dan tentunya menarik untuk dicoba. Harga yang dipatok pun sangat murah dan terjangkau bagi kantong mahasiswa seperti saya. Tak lama , makanan pun disajikan di meja kami. Satu keanehan yang terlihat, dimana piring berukuran jumbo yang dipakai membuat makanan terlihat mungil sekali di tengah-tengah piring tersebut. Saya berpikir, mungkin ini piring-piring yang digunakan keluarga raja di Keraton Ngayogyakarta.

Mencari penginapan adalah aktivitas kami selanjutnya. Kami mengitari jalanan kota Yogyakarta. Hingga sampailah kami di Jalan Taman Siswa. Disana banyak penginapan murah yang bisa kita dapatkan. Saat itu kami check-in di Hotel Cempaka dengan harga Rp 80.000 per malam. Jenis hotel kelas melati yang lebih mirip kamar kos-kosan. Fasilitas yang tersedia adalah fan, kamar mandi, air putih dan juga kasur.

Pukul 17.00 WIB, kami melanjutkan perjalanan menuju Alun-Alun Kidul Yogyakarta. Setibanya disana, terlihat banyak pelancong entah dari mana saja. Alun-alun itu memang terkenal dan wajib dikunjungi ketika kita berkunjung ke Yogyakarta. Banyak yang mencoba mitos berjalan lurus melewati dua pohon beringin dengan mata tertutup di alun-alun. Ketika itu kakak dan sepupuku mencoba melakukan hal tersebut, sedangkan saya lebih memilih berjalan menuju penjual jajanan yang ada di sekitaran alun-alun. Makan sambil mengamati segala kesibukan orang-orang di kala senja. Ada yang naik sepeda, becak dengan lampu hias warna-warni yang mengelilingi jalanan, pengamen jalanan, mobil yang jalan tersendat-sendat, dan hal kompleks lainnya.

Berkunjung ke Yogyakarta tak lengkap bila tidak singgah di Jalan Jenderal Soedirman yang mengarah ke Diponegoro. Ya, disitulah letak Tugu Yogyakarta. Sebuah tugu berwarna putih dengan tulisan Jawa di setiap sisinya, dengan sebuah logam berwarna emas di ujung tugu tersebut. Disana, banyak orang mengabadikan momen di depan landmark Kota Yogyakarta itu.

Saya mendengar banyak bahasa dan logat yang diucapkan oleh para pengunjung, itulah Yogyakarta. Terbukti banyak sekali orang yang mengunjunginya, terlebih di saat musim liburan. Sepulangnya, kami melewati Jalan Malioboro dan menyempatkan untuk mengabadikan suatu momen di plang jalan tersebut. Tampak titik paling ramai oleh orang-orang yaitu di 0 kilometer.

Menikmati suasana Yogyakarta memang bisa dengan bejuta cara. Ketika sudah mengenal aura dan indahnya Kota Yogyakarta maka kita tidak akan bosan untuk berada di sana. Menurut saya, waktu terbaik untuk merasakan itu semua adalah di saat malam hari. Entah mengapa, saya mendapatkan sesuatu yang berbeda dan istimewa di Kota Yogyakarta.

Senin pagi sebelum check out, kami mengubah agenda yang rencana sebelumnya akan mengunjungi pantai daerah Gunungkidul, menjadikan Borobudur sebagai destinasi pilihan di perjalanan kami selanjutnya. Sebelum menuju kesana, kami mampir ke Malioboro dan Pasar Beringharjo untuk sarapan pagi dan membeli oleh-oleh. Kami meninggalkan kota dan melanjutkan ke Kabupaten Magelang pada pukul 11.00 WIB.

Dari sumber internet yang saya baca, untuk menuju kesana kurang lebih membutuhkan waktu satu jam perjalanan normal. Pertama menuju jalur Ring Road Utara, ke Jalan Magelang, sampai di Kabupaten Sleman, masuk ke daerah Tempel, Salam, Muntilan, pusat Kota Magelang yang cukup panas udaranya, lalu ambil arah Purworejo. Lalu rute selanjutnya adalah melewati Candi Mendut dan sampailah di Boroburur.

Disini saya mulai mendapatkan kekecewaan pada Candi Borobudur yang merupakan aset berharga bangsa Indonesia. Sangat disayangkan, jalanannya banyak yang retak-retak dan tak sedikit pula yang berlubang. Harusnya pemerintah setempat lebih perhatian dengan hal sepele semacam itu. Bukankah Borobudur sudah mendunia, masa iya fasilitas umumnya tidak sesuai dengan yang seharusnya. Anda bisa memarkir motor di parkiran khusus di luar area Borobudur, sedangkan roda empat di dalam area parkiran Borobudur.

Menuju loket masuk dari parkiran kurang lebih berjarak 300 meter. Warung-warung banyak berjejeran di sana. Banyak sekali kegiatan ekonomi yang terjadi di tempat tersebut, dari ibu-ibu yang berjualan topi, kacamata, makanan, minuman, penyewaan payung, dan lain-lain. Harga tiket masuk Borobudur sebesar Rp 30.000. Sebelum masuk kita akan melewati pemeriksaan petugas dan metal detector. Ada peraturan, makanan dilarang dibawa masuk ke dalam area candi. Apabila kita membawa makanan atau oleh-oleh, maka kita bisa menitipkannya di tempat penitipan makanan. Mungkin ini adalah antisipasi demi terjaganya kebersihan lingkungan kompleks candi. Jadi usahakan sebelum memasuki kawasan Candi Borobudur, sebaiknya harus dalam kondisi kenyang.

Memasuki kawasan candi, kita akan menemukan fasilitas kereta yang siap mengantarkan ke depan pintu candi dengan tarif Rp 7.500 sekali jalan. Bila ingin berjalan kaki akan lebih menyenangkan, karena jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh, sekitar 300 meter. Tampaklah stupa induk raksasa di bagian atas Borobudur. Sebelum naik ke area candi ada aturan yang diwajibkan petugas disana. Memakai kain batik yang dipakai di pinggang Untuk laki-laki, dan diikatkan di sebelah kanan, sedangkan wanita di sebelah kiri. Ketika di atas candi dilarang melepas kain batik tersebut. Entah apa filosofi akan hal ini dan saya pun lupa untuk menanyakannya kepada petugas disana.

Candi Borobudur adalah kebanggaan Indonesia yang sempurna. Hasil karya cipta nenek moyang Nusantara yang wajib dilestarikan keberadaannya. Dengan susunan batu vulkanik yang jumlahnya jutaan, membentuk relief yang saling menyatu dan hidup, dengan stupa-stupa yang mengelilinginya. Saya terkagum ketika melihat ukiran pahatan relief candi tersebut. Letak candi terletak di sebuah bukit dengan hamparan bukit di sekitarnya. Di atas candi kita bisa melihat pemandangan Kabupaten Magelang yang luar biasa cantiknya. Di sebelah timur laut, terlihat Gunung Merapi dan Merbabu, sedangkan di arah Barat laut ada Gunung Sindoro-Sumbing.

Candi Borobudur memiliki banyak tingkatan, dimana beberapa tingkat pertama bentuknya persegi, sedangkan beberapa tingkat paling atas berbentuk melingkar. Stupa terbesar letaknya ada di tingkatan paling atas. Di tingkatan atas, ada patung Buddha yang tidak berstupa seperti yang lainnya. Kabarnya, stupa tersebut hancur ketika terjadi gempa Yogyakarta beberapa tahun lalu. Faktanya adalah seluruh patung Buddha tersebut tidaklah sama apabila diamati secara lebih detil. Perbedaan ada pada posisi atau sikap tangannya.

Terkait mitos yang ada berdasarkan seorang petugas candi, dulunya sebelum Merapi meletus ada sebuah stupa di tingkatan ketiga dimana ketika kita bisa memegang patung Buddha didalamnya maka keinginan atau impiannya dipercaya bisa tercapai. Ketika itu , saya mencoba memegang patung Buddha yang ada di dalam stupa, sementara kakak saya tidak bisa menjangkau patung tersebut dikarenakan tangannya yang kurang panjang. Itulah mitos, sebuah tradisi nenek moyang Nusantara yang dulunya menganut animisme-dinamisme hingga munculnya Hindu-Buddha. Dilanjutkan dengan masuknya agama. Mitos biasanya berisi nasehat dan pesan yang luhur, namun semakin jauh dari peradaban masa lampau, mitos semakin dikesampingkan.

Menuju pintu keluar candi banyak para pedagang baju, manik-manik, gelang, hiasan, sampai gantungan kunci yang dijual dengan harga relatif. Sepandai-pandainya kita menawar, namun harus juga memperhatikan perjuangan mereka untuk mencari rezeki.

Candi Borobudur adalah sebuah mahakarya manusia atas izin Sang Pencipta. Dengan adanya bangunan megah itu, masyarakat setempat terbantu dan tergerakkan dalam mengembangkan ekonomi kreatif dan pariwisata Indonesia. Terimakasih nenek moyang telah menghadiahkan budaya kalian kepada kami.

Berjilbab



Kadang nih kalo lagi jalan bareng temen ke suatu tempat misalnya, lagi asyik menikmati perjalanan atau yang lain terus liat perempuan pakai kerudung rapih banget sesuai syariat agama islam banget, nah pas disitu ada perasaan maaaaluu entah kenapa kalau melihat diri sendiri berpakaian biasa saja berkerudung yang diikat hingga tidak menutup daerah dada, kadang langsung buru buru dibenerin kerudungnya, sedikit diurai hingga menutup daerah dada.
Ya sebagai perempuan apalagi berkerudung harusnya kita berpakaian sebagaimana yang dianjurkan islam, dizaman modern seperi sekarang banyak banget anak muda berkerudung tapi ya begitu, tidak sesuai syariat islam. hal itu juga apa yang saya lakukan. berkerudung hingga menutupi dada, berpakaian rapih tidak ketat bahkan hampir menampakkan bentuk tubuh dan tidak mengundang perhatian publik, rasanya hal itu dianggap “norak” atau “kampungan” oleh mungkin sebagian perempuan muda, astaghfirullah… bahkan mereka cenderung berfikir jilbab digunakan berdasarkan mode bukan berdasarkan syariat islam sesuai yang diperintahkan Allah SWT.

Sebagai generasi muda, tentu kita terbiasa dengan m encoba hal-hal baru, eits tapi harus yang posditif dong. seperti halnya berkerudung, sekarang ini banyak trend dan mode berkerudung yang memang terlihat menarik dimata manusia tapi belum tentu baik dimata Allah. jadi biar ga “salah kaprah” coba baca yang satu ini:

Cara Memakai Khimar (Kerudung) Yang Baik 

Jilbab yang baik adalah jilbab yang sesuai dengan tuntunan Islam, bukan sesuai dengan mode atau trend yang berlaku di masyarakat. Apa saja syarat-syarat cara memakai jilbab yang baik? Beberapa di antaranya :
  • Menutupi aurat
  • Khimar lebar dan menutup dada
  • Khimar longgar tidak menampakkan bentuk tubuh
  • Tidak tembus pandang
  • Tidak memakai riasan/make up tebal

    Kesalahan Dalam Cara Memakai Khimar

    Mengenai penggunaannya khimar itu sendiri bukanlah jenis khimar atau kerudung gaul seperti fenomena yang sering kita lihat sekarang-sekarang ini. Kerudung yang digunakan haruslah syar’I dan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya, baik itu dala Al Qur’an ataupun hadits. Nah, disini akan dibahas sedikit mengenai khimar atau lebih ke gaya berbusana kaum muslimah yang seharusnya atau kita kenal dengan istilah syar’i.

    Sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam : “Bahwa anak perempuan apabila telah cukup umurnya, maka mereka tidak boleh dilihat akan dia melainkan mukanya dan kedua telapak tangannya hingga pergelangan” (H.R. Abu Daud)”. Itu sabda Rasulullah. Tapi nyatanya sekarang, banyak para muslimah yang salah mengartikan khimar dan gaya berbusana yang syar’i.

    Berikut Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam berkerudung dan berbusana muslimah

    - Kerudung tidak menutupi dada
    Ini bertentangan dengan firman Allah SWT dalam Al-qur’an “.. dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya … ” (QS. An Nur : 31)

    - Rok kurang panjang (agak ngatung)
    Hal ini tidak sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tarmizi dan Nasa’i, dari Ummu Salamah r.a. “”Ya Rasulullah, bagaimana dengan perempuan dan kain-kain mereka yang sebelah bawah?” Sabda Rasulullah S.A.W : “Hendaklah mereka memanjangkan barang sejengkal dan janganlah menambahkan lagi keatasnya”

    - Pakaian ketat dan menampakkan bentuk tubuh
    Selain terlihat dan terasa sesak, ternyata pakaian yang ketat juga tidak baik untuk kesehatan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa pakaian yang ketat menyebabkan kulit kekurangan ruang untuk bernafas. Akibat yang ditimbulkan dari mengenakan pakaian ketat – mulai dari yang teringan seperti biduran, adanya bercak ringan di bagian tubuh tertentu sampai dengan penyakit yang cukup berbahaya, seperti kemandulan dan kanker.

    - Menggunakan riasan make up yang tebal.
    Menggunakan riasan make up bagi seorang perempuan tidaklah dilarang, tapi anjurannya adalah ‘jangan berlebihan’ karena segala sesuatu ynag berlebihan itu tidak baik dan Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Selain itu, jika make up anda terlalu tebal, maka kurang sehat untuk wajah anda karena kulit wajah tidak dapat bernafas dengan baik dan menyisakan residu yang berlebihan pada wajah sehingga jika tidak telaten dapat menyebabkan jerawat di wajah. Apalagi ada beberapa muslimah yang mungkin malas berwudhu atau hanya berwudhu sekedarnya saja dengan alasan menjaga riasan wajah agar tetap awet.

    - Kesalahan lainnya dalam berkerudung.
    Diantaranya adalah tidak memakai kaos kaki, mengenakan blus yang pendek, memakai rok dengan belahan tinggi serta mengenakan kerudung yang terbuat dari bahan yang tipis/jarang.

    Hanya LIMA SYARAT berpakaian syar’i seperti yang diperinthkan Allah, hal itu tentu tidak akan memberatkan pemakainya sama sekali, dibanding berkerudung sesuai trend yang ribet, berlipat-lipat, ikat sana ikat sini dan sebagainya.
    Berkerudung juga memiliki banyak manfaat bagi penggunanya, diantaranya:
    • Rambut Muslimah yang berkerudung terlindung dari sengatan panas matahari dan terlindung dari debu serta polusi, sehingga ketika kerudungnya dibuka, rambutnya tampak selalu bersinar. Rambut indahnya hanya diperlihatkan untuk orang-orang yang berhak melihatnya.bagus ni
    • Tidak membuat perhatian pria nakal. Muslimah yang berkerudung tidak mengumbar tubuhnya, kecuali muka dan telapak tangan. Oleh karena itu, pria pun terbatas memandangnya.
    • Pria segan menggoda apalagi melecehkan. Biasanya, pria segan mendekati apalagi menggoda wanita berkerudung, kecuali kalau peluang itu diciptakan oleh wanita itu sendiri.
    • Termotivasi untuk terus menuntut ilmu dan mengamalkannya. Muslimah yang berkerudung merasa dirinya menjadi alat ukur kebaikan dan kesuksesan. Tuntutan ini sangat bagus karena memacu dirinya untuk senantiasa berlomba meraih prestasi, kebaikan, dan sekuat mungkin menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat mencemarkan nama baik Islam oleh perbuatan dosa dan tercela.
    • Terjaga kehormatannya. Wanita berkerudung akan selalu menjaga kehormatannya seiring dengan ilmu yang dimilikinya karena mereka mengetahui dan dapat membedakan perilaku yang harus dilakukan dengan perilaku yang harus dihindari. Wanita berkerudung dan berilmu merasa selalu diawasi Allah dari segala kemaksiatan.
    • Jika Anda memiliki kelemahan dari rambut , kerudung sebagai penutup aib tersebut, Anda tetap percaya diri dan beraktivitas penuh semangat.
    • Terhindar dari godaan untuk bersikap centil dan tidak sopan, biasanya kerudung bisa jadi alat kontrol kepribadian wanita yang menggunakannya.
    • Sangat dihormati dan dihargai lawan jenis di sekitar anda contoh masyarakat dll, laki-laki merasa segan dan malu untuk mengganggu Anda.
    • Demikian sedikit ulasan tentang berkerudung dan manfaatnya.

    Semoga bermanfaat


    Read more: http://khazanahislamku.blogspot.com/2013/07/berjilbab-sesuai-syariat-islam-dan.html#ixzz2wz4qKY3U

    Sabar


    Hakikat Sabar (1)


    Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id, hal. 95)

    Pengertian Sabar

    Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah….” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)

    Macam-Macam Sabar

    Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar itu terbagi menjadi tiga macam:
    1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
    2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah
    3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)

    Sebab Meraih Kemuliaan

    Di dalam Taisir Lathifil Mannaan Syaikh As Sa’di rahimahullah menyebutkan sebab-sebab untuk menggapai berbagai cita-cita yang tinggi. Beliau menyebutkan bahwa sebab terbesar untuk bisa meraih itu semua adalah iman dan amal shalih.
    Di samping itu, ada sebab-sebab lain yang merupakan bagian dari kedua perkara ini. Di antaranya adalah kesabaran. Sabar adalah sebab untuk bisa mendapatkan berbagai kebaikan dan menolak berbagai keburukan. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah ta’ala“Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah [2]: 45).
    Yaitu mintalah pertolongan kepada Allah dengan bekal sabar dan shalat dalam menangani semua urusan kalian. Begitu pula sabar menjadi sebab hamba bisa meraih kenikmatan abadi yaitu surga. Allah ta’ala berfirman kepada penduduk surga, “Keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.”(QS. Ar Ra’d [13] : 24).
    Allah juga berfirman, “Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan kedudukan-kedudukan tinggi (di surga) dengan sebab kesabaran mereka.” (QS. Al Furqaan [25] : 75).
    Selain itu Allah pun menjadikan sabar dan yakin sebagai sebab untuk mencapai kedudukan tertinggi yaitu kepemimpinan dalam hal agama. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala“Dan Kami menjadikan di antara mereka (Bani Isra’il) para pemimpin yang memberikan petunjuk dengan titah Kami, karena mereka mau bersabar dan meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajdah [32]: 24) (LihatTaisir Lathifil Mannaan, hal. 375)

    Sabar Dalam Ketaatan

    Sabar Dalam Menuntut Ilmu
    Syaikh Nu’man mengatakan, “Betapa banyak gangguan yang harus dihadapi oleh seseorang yang berusaha menuntut ilmu. Maka dia harus bersabar untuk menahan rasa lapar, kekurangan harta, jauh dari keluarga dan tanah airnya. Sehingga dia harus bersabar dalam upaya menimba ilmu dengan cara menghadiri pengajian-pengajian, mencatat dan memperhatikan penjelasan serta mengulang-ulang pelajaran dan lain sebagainya.
    Semoga Allah merahmati Yahya bin Abi Katsir yang pernah mengatakan, “Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan”, sebagaimana tercantum dalam shahih Imam Muslim. Terkadang seseorang harus menerima gangguan dari orang-orang yang terdekat darinya, apalagi orang lain yang hubungannya jauh darinya, hanya karena kegiatannya menuntut ilmu. Tidak ada yang bisa bertahan kecuali orang-orang yang mendapatkan anugerah ketegaran dari Allah.” (Taisirul wushul, hal. 12-13)
    Sabar Dalam Mengamalkan Ilmu
    Syaikh Nu’man mengatakan, “Dan orang yang ingin beramal dengan ilmunya juga harus bersabar dalam menghadapi gangguan yang ada di hadapannya. Apabila dia melaksanakan ibadah kepada Allah menuruti syari’at yang diajarkan Rasulullah niscaya akan ada ahlul bida’ wal ahwaa’ yang menghalangi di hadapannya, demikian pula orang-orang bodoh yang tidak kenal agama kecuali ajaran warisan nenek moyang mereka.
    Sehingga gangguan berupa ucapan harus diterimanya, dan terkadang berbentuk gangguan fisik, bahkan terkadang dengan kedua-keduanya. Dan kita sekarang ini berada di zaman di mana orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti orang yang sedang menggenggam bara api, maka cukuplah Allah sebagai penolong bagi kita, Dialah sebaik-baik penolong” (Taisirul wushul, hal. 13)
    Sabar Dalam Berdakwah
    Syaikh Nu’man mengatakan, “Begitu pula orang yang berdakwah mengajak kepada agama Allah harus bersabar menghadapi gangguan yang timbul karena sebab dakwahnya, karena di saat itu dia tengah menempati posisi sebagaimana para Rasul. Waraqah bin Naufal mengatakan kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah ada seorang pun yang datang dengan membawa ajaran sebagaimana yang kamu bawa melainkan pasti akan disakiti orang.”
    Sehingga jika dia mengajak kepada tauhid didapatinya para da’i pengajak kesyirikan tegak di hadapannya, begitu pula para pengikut dan orang-orang yang mengenyangkan perut mereka dengan cara itu. Sedangkan apabila dia mengajak kepada ajaran As Sunnah maka akan ditemuinya para pembela bid’ah dan hawa nafsu. Begitu pula jika dia memerangi kemaksiatan dan berbagai kemungkaran niscaya akan ditemuinya para pemuja syahwat, kefasikan dan dosa besar serta orang-orang yang turut bergabung dengan kelompok mereka.
    Mereka semua akan berusaha menghalang-halangi dakwahnya karena dia telah menghalangi mereka dari kesyirikan, bid’ah dan kemaksiatan yang selama ini mereka tekuni.” (Taisirul wushul, hal. 13-14)

    Sabar dan Kemenangan

    Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Allah ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya, “Dan sungguh telah didustakan para Rasul sebelummu, maka mereka pun bersabar menghadapi pendustaan terhadap mereka dan mereka juga disakiti sampai tibalah pertolongan Kami.” (QS. Al An’aam [6]: 34).
    Semakin besar gangguan yang diterima niscaya semakin dekat pula datangnya kemenangan. Dan bukanlah pertolongan/kemenangan itu terbatas hanya pada saat seseorang (da’i) masih hidup saja sehingga dia bisa menyaksikan buah dakwahnya terwujud. Akan tetapi yang dimaksud pertolongan itu terkadang muncul di saat sesudah kematiannya. Yaitu ketika Allah menundukkan hati-hati umat manusia sehingga menerima dakwahnya serta berpegang teguh dengannya. Sesungguhnya hal itu termasuk pertolongan yang didapatkan oleh da’i ini meskipun dia sudah mati.
    Maka wajib bagi para da’i untuk bersabar dalam melancarkan dakwahnya dan tetap konsisten dalam menjalankannya. Hendaknya dia bersabar dalam menjalani agama Allah yang sedang didakwahkannya dan juga hendaknya dia bersabar dalam menghadapi rintangan dan gangguan yang menghalangi dakwahnya. Lihatlah para Rasul shalawatullaahi wa salaamuhu ‘alaihim. Mereka juga disakiti dengan ucapan dan perbuatan sekaligus.
    Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Demikianlah, tidaklah ada seorang Rasul pun yang datang sebelum mereka melainkan mereka (kaumnya) mengatakan, ‘Dia adalah tukang sihir atau orang gila’.” (QS. Adz Dzariyaat [51]: 52). Begitu juga Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Dan demikianlah Kami menjadikan bagi setiap Nabi ada musuh yang berasal dari kalangan orang-orang pendosa.” (QS. Al Furqaan [25]: 31). Namun, hendaknya para da’i tabah dan bersabar dalam menghadapi itu semua…” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)

    Sabar di atas Islam

    Ingatlah bagaimana kisah Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu yang tetap berpegang teguh dengan Islam meskipun harus merasakan siksaan ditindih batu besar oleh majikannya di atas padang pasir yang panas (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 122). Ingatlah bagaimana siksaan tidak berperikemanusiaan yang dialami oleh Ammar bin Yasir dan keluarganya. Ibunya Sumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji sehingga mati sebagai muslimah pertama yang syahid di jalan Allah. (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 122-123)
    Lihatlah keteguhan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu yang dipaksa oleh ibunya untuk meninggalkan Islam sampai-sampai ibunya bersumpah mogok makan dan minum bahkan tidak mau mengajaknya bicara sampai mati. Namun dengan tegas Sa’ad bin Abi Waqqash mengatakan, “Wahai Ibu, demi Allah, andaikata ibu memiliki seratus nyawa kemudian satu persatu keluar, sedetikpun ananda tidak akan meninggalkan agama ini…” (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 133) Inilah akidah, inilah kekuatan iman, yang sanggup bertahan dan kokoh menjulang walaupun diterpa oleh berbagai badai dan topan kehidupan.
    Saudaraku, ketahuilah sesungguhnya cobaan yang menimpa kita pada hari ini, baik yang berupa kehilangan harta, kehilangan jiwa dari saudara yang tercinta, kehilangan tempat tinggal atau kekurangan bahan makanan, itu semua jauh lebih ringan daripada cobaan yang dialami oleh salafush shalih dan para ulama pembela dakwah tauhid di masa silam.
    Mereka disakiti, diperangi, didustakan, dituduh yang bukan-bukan, bahkan ada juga yang dikucilkan. Ada yang tertimpa kemiskinan harta, bahkan ada juga yang sampai meninggal di dalam penjara, namun sama sekali itu semua tidaklah menggoyahkan pilar keimanan mereka.
    Ingatlah firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan sebagai seorang muslim.” (QS. Ali ‘Imran [3] : 102).
    Ingatlah juga janji Allah yang artinya, “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya akan Allah berikan jalan keluar dan Allah akan berikan rezeki kepadanya dari jalan yang tidak disangka-sangka.”(QS. Ath Thalaq [65] : 2-3).
    Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama kesempitan pasti akan ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti akan ada kemudahan.” (HR. Abdu bin Humaid di dalam Musnadnya [636] (Lihat Durrah Salafiyah, hal. 148) dan Al Haakim dalam Mustadrak ‘ala Shahihain, III/624). (Syarh Arba’in Ibnu ‘Utsaimin, hal. 200)

    Sabar Menjauhi Maksiat

    Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, “Bersabar menahan diri dari kemaksiatan kepada Allah, sehingga dia berusaha menjauhi kemaksiatan, karena bahaya dunia, alam kubur dan akhirat siap menimpanya apabila dia melakukannya. Dan tidaklah umat-umat terdahulu binasa kecuali karena disebabkan kemaksiatan mereka, sebagaimana hal itu dikabarkan oleh Allah ‘azza wa jalla di dalam muhkam al-Qur’an.
    Di antara mereka ada yang ditenggelamkan oleh Allah ke dalam lautan, ada pula yang binasa karena disambar petir, ada pula yang dimusnahkan dengan suara yang mengguntur, dan ada juga di antara mereka yang dibenamkan oleh Allah ke dalam perut bumi, dan ada juga di antara mereka yang di rubah bentuk fisiknya (dikutuk).”
    Pentahqiq kitab tersebut memberikan catatan, “Syaikh memberikan isyarat terhadap sebuah ayat,“Maka masing-masing (mereka itu) kami siksa disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Al ‘Ankabuut [29] : 40).
    “Bukankah itu semua terjadi hanya karena satu sebab saja yaitu maksiat kepada Allah tabaaraka wa ta’ala. Karena hak Allah adalah untuk ditaati tidak boleh didurhakai, maka kemaksiatan kepada Allah merupakan kejahatan yang sangat mungkar yang akan menimbulkan kemurkaan, kemarahan serta mengakibatkan turunnya siksa-Nya yang sangat pedih. Jadi, salah satu macam kesabaran adalah bersabar untuk menahan diri dari perbuatan maksiat kepada Allah. Janganlah mendekatinya.
    Dan apabila seseorang sudah terlanjur terjatuh di dalamnya hendaklah dia segera bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, meminta ampunan dan menyesalinya di hadapan Allah. Dan hendaknya dia mengikuti kejelekan-kejelekannya dengan berbuat kebaikan-kebaikan. Sebagaimana difirmankan Allah ‘azza wa jalla“Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapuskan kejelekan-kejelekan.” (QS. Huud [11] : 114). Dan juga sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam“Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapuskannya.” (HR. Ahmad, dll, dihasankan Al Albani dalam Misykatul Mashaabih 5043)…” (Thariqul wushul, hal. 15-17)

    Sabar Menerima Takdir

    Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, “Macam ketiga dari macam-macam kesabaran adalah Bersabar dalam menghadapi takdir dan keputusan Allah serta hukum-Nya yang terjadi pada hamba-hamba-Nya. Karena tidak ada satu gerakan pun di alam raya ini, begitu pula tidak ada suatu kejadian atau urusan melainkan Allah lah yang mentakdirkannya. Maka bersabar itu harus. Bersabar menghadapi berbagai musibah yang menimpa diri, baik yang terkait dengan nyawa, anak, harta dan lain sebagainya yang merupakan takdir yang berjalan menurut ketentuan Allah di alam semesta…” (Thariqul wushul, hal. 15-17)

    Sabar dan Tauhid

    Syaikh Al Imam Al Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu ta’alamembuat sebuah bab di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul, “Bab Minal iman billah, ash-shabru ‘ala aqdarillah” (Bab Bersabar dalam menghadapi takdir Allah termasuk cabang keimanan kepada Allah)
    Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullahu ta’ala mengatakan dalam penjelasannya tentang bab yang sangat berfaedah ini, “Sabar tergolong perkara yang menempati kedudukan agung (di dalam agama). Ia termasuk salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Ia menempati relung-relung hati, gerak-gerik lisan dan tindakan anggota badan. Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak akan terealisasi tanpa kesabaran.
    Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syari’at (untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa larangan syari’at (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa juga berupa ujian dalam bentuk musibah yang ditimpakan Allah kepada seorang hamba supaya dia mau bersabar ketika menghadapinya.
    Hakikat penghambaan adalah tunduk melaksanakan perintah syari’at serta menjauhi larangan syari’at dan bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu ujian oleh Allah jalla wa ‘ala untuk menempa hamba-hamba-Nya. Dengan demikian ujian itu bisa melalui sarana ajaran agama dan melalui sarana keputusan takdir.
    Adapun ujian dengan dibebani ajaran-ajaran agama adalah sebagaimana tercermin dalam firman Allah jalla wa ‘ala kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sebuah hadits qudsi riwayat Muslim dari ‘Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda “Allah ta’ala berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengutusmu dalam rangka menguji dirimu. Dan Aku menguji (manusia) dengan dirimu’.”
    Maka hakikat pengutusan Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan adanya ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian yang ada dengan diutusnya beliau sebagai rasul ialah dengan bentuk perintah dan larangan.
    Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat menghadapi keputusan takdir kauni (yang menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal kesabaran. Oleh sebab itulah sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya sabar terbagi tiga; sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat dan sabar tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan.”
    Karena amat sedikitnya dijumpai orang yang sanggup bersabar tatkala tertimpa musibah maka Syaikh pun membuat sebuah bab tersendiri, semoga Allah merahmati beliau. Hal itu beliau lakukan dalam rangka menjelaskan bahwasanya sabar termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun bersabar menanggung ketentuan takdir Allah.
    Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Dengan alasan itulah beliau membuat bab ini, untuk menerangkan bahwa sabar adalah hal yang wajib dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa menyakitkan. Dengan hal itu beliau juga ingin memberikan penegasan bahwa bersabar dalam rangka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya juga wajib.
    Secara bahasa sabar artinya tertahan. Orang Arab mengatakan, “Qutila fulan shabran” (artinya si polan dibunuh dalam keadaan “shabr”) yaitu tatkala dia berada dalam tahanan atau sedang diikat lalu dibunuh, tanpa ada perlawanan atau peperangan. Dan demikianlah inti makna kesabaran yang dipakai dalam pengertian syar’i.
    Ia disebut sebagai sabar karena di dalamnya terkandung penahanan lisan untuk tidak berkeluh kesah, menahan hati untuk tidak merasa marah dan menahan anggota badan untuk tidak mengekspresikan kemarahan dalam bentuk menampar-nampar pipi, merobek-robek kain dan semacamnya. Maka menurut istilah syari’at sabar artinya: Menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari marah dan menahan anggota badan dari menampakkan kemarahan dengan cara merobek-robek sesuatu dan tindakan lain semacamnya.
    Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Di dalam al-Qur’an kata sabar disebutkan dalam 90 tempat lebih. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab orang yang tidak punya kesabaran dalam menjalankan ketaatan, tidak punya kesabaran untuk menjauhi maksiat serta tidak sabar tatkala tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali bagian keimanan”
    Perkataan beliau “Bab Minal imaan, ash shabru ‘ala aqdaarillah” artinya: salah satu ciri karakteristik iman kepada Allah adalah bersabar tatkala menghadapi takdir-takdir Allah. Keimanan itu mempunyai cabang-cabang. Sebagaimana kekufuran juga bercabang-cabang.
    Maka dengan perkataan “Minal imaan ash shabru” beliau ingin memberikan penegasan bahwa sabar termasuk salah satu cabang keimanan. Beliau juga memberikan penegasan melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang menunjukkan bahwa niyaahah (meratapi mayit) itu juga termasuk salah satu cabang kekufuran. Sehingga setiap cabang kekafiran itu harus dihadapi dengan cabang keimanan. Meratapi mayit adalah sebuah cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan sebuah cabang keimanan yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan” (At Tamhiid, hal.389-391)
    -bersambung insya Allah-
    ***
    Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
    Artikel www.muslim.or.id

    TFEHK perawat :)


    Pengertian, Tugas, Fungsi, Etika, Hak dan Kewajiban Perawat


    BAB I

    PENDAHULUAN


    1.1. Latar Belakang

                      Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertundak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien. dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling menghormati dan menghargai di antara keduanya.
                      Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan perawatan. Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan seksama.
                      Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan.
                      Sejalan dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama baik rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat/kesan dari masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai-pegawai kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala jabatan, termasuk jabatan perawat.


    1.2. Tujuan

    Setelah membaca makalah ini, diharapkan mampu memahami :
    • Pengertian Perawat
    • Tugas Perawat
    • Fungsi Perawat
    • Etika Perawat
    • Hak Perawat
    • Kewajiban Perawat


    BAB II

    PEMBAHASAN


    2.1.    Pengertian Perawat

    Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam batas-batas kewenangan yang dimilikinya.  (PPNI, 1999 ; Chitty, 1997). 
    Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat pada pasal 1 ayat 1)

    2.2.     Tugas Perawat

    1)     Care Giver

    Perawat harus :

    a) Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan significant dari klien.

    b)  Perawat menggunakan Nursing Process untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah-nasalah psikologis

    c) Peran utamanya adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosa masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks.

    2)     Client Advocate

    Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.

    Selain itu perawat harus mempertahankan dan melindungi hak-hak klien. Hal ini harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, leh karena itu perawat harus membela hak-hak klien.

    3)     Conselor

    a)  Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
    b)  Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan “Dasar” dalam merencanakan metoda untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
    c) Konseling diberikan kepada idividu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
    d) Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi)

    4)     Educator

    a) Peran ini dapat dilakukan kepada klien, keluarga, team kesehatan lain, baik secara spontan (sat interaksi) maupun formal (disiapkan).

    b) Tugas perawat adalah membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik.

    c)   Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam NCP.

    5)     Coordinator

    Peran perawat adalah mengarahkan, merencanakan, mengorganisasikan pelayanan dari semua anggota team kesehatan. Karena klien menerima pelayanan dari banyak profesioanl, misal; pemenuhan nutrisi. Aspek yang harus diperhatikan adalah; jenisnya, jumlah, komposisi, persiapan, pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi, dedukasi dan sebagainya.

    6)     Collaborator

    Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang dipelukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan keterampilan dari bebagai profesional pemberi pelayanan kesehatan.

    7)     Consultan

    Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan perawatan adalah sumber informasi ang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.

    8)     Change Agent

    Element ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan denan klien dan cara pemberian keperawatan kepada klien.

    Menurut Lokakarya Nasional tentang keperawatan tahun 1983, peran perawat untuk di Indonesia disepakati sebagai :

          1)     Pelaksana Keperawatan

    Perawat bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang sederhana sampai yang kompleks kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Ini adalah merupakan peran utama dari perawat, dimana perawat dapat memberikan asuha keperawatan yang profesional, menerapkan ilmu/teori, prinsip, konsep dan menguji kebenarannya dalam situasi yang nyata, apakah krieria profesi dapat ditampilkan dan sesuai dengan harapan penerima jasa keperawatan.

          2)     Pengelola (Administrator)

    Sebagai administrator bukan berarti perawat harus berperan dalam kegiatan administratif secara umum. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan kesekatan tetap bersatu dengan profesi lain dalam pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompoknya dan dapat mengatur, merancanankan,melaksanakan dan menilai tindakan yang diberikan , mengingat perawat merupakan anggota profesional yang paling lama bertemu dengan klien, maka perawat harus merencanakan, melaksanakan, dan mengatur berbagai alternatif terapi yang  harus diterima oleh klien. Tugas ini menuntut adanya kemampuan managerial yang handal dari perawat.

          3)     Pendidik

    Perawat bertanggungjawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawt harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompo dan masyarakat.

          4)     Peneliti

    Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (inovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreatifitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap ragsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan.

    Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan, memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka; mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.

    2.3.    Fungsi Perawat

    Ada tiga jenis fungsi perawat dalam melaksanaan perannya, yaitu;

    1)     Fungsi Independent

    Dimana perawat melaksanakan perannya secara mandiri, tidak tergantung pada orang lain.

    Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap aanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuahn dasar manusia (bio-psiko-sosial/kultural dan spiritual), mulai dari tingkat indiovidu utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan, sampai pada tingkat masyarakat, yang jua tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan daar p[ada tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler.

    Kegiatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat, dan perawat bertangungjawab serta beranggung gugat ats rencana dan keputusan tindakannya.

    2)     Fungsi Dependent

    Kegiatan ini dilaksanakan atas pesan atau intruksi dari orang lain.

    3)     Fungsi Interdependent

    Fungsi ini berupa “kerja tim”, sifatnya saling ketergantungan baik dalam keperawatan maupun kesehatan.


    2.4.   Etika Perawat

    Etika Perawat Indonesia tersebut terdiri dari 5 bab dan 16 pasal.
    • Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.
    • Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap tugasnya.
    • Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain.
    • Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan.
    • Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.

    Dengan penjabarannya sebagai berikut:
    1. Tanggung jawab Perawat terhadap klein untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut :
      • Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan terhadap keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat.
      • Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.
      • Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.
      • Perawat, menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.

      1. Tanggung jawab Perawat terhadap tugas
        • Perawat, memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.
        • Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
        • Perawat, tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
        • Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan sosial.
        • Perawat, mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam melaksanakan tugas keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
      2. Tanggung jawab Perawat terhadap Sejawat Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain sebagai berikut :
        • Perawat, memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluru.
        • Perawat, menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
      3. Tanggung jawab Perawat terhadap Profesi
        • Perawat, berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
        • Perawat, menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
        • Perawat, berperan dalammenentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan, serta menerapkannya dalam kagiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
        • Perawat, secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
      1. Tanggung jawab Perawat terhadap Negara
        • Perawat, melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijsanaan yang telah digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
        • Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.

      2.5.   Hak Perawat
      1.      Perawat berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
      2.      Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan sosialisasi sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
      3.      Perawat berhak untuk menolak keinginan klien yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan serta standard dan kode etik profesi
      4.      Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari klien atau keluarganya tentang keluhan kesehatan dan ketidak puasan terhadap pelayanan yang diberikan.
      5.      Perawat berhak untuk mendapatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan atau kesehatan secara terus menerus.
      6.      Perawat berhak untuk diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan maupun klien.
      7.      Perawat berhak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat menimbulkan bahaya baik secara fisik maupun stres emosional
      8.      Perawat berhak di ikut sertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan pelayanan kesehatan.
      9.      Perawat berhak atas privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh klien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainnya.
      10.  Perawat berhak untuk menolak di pindahkan ketempat tugas yang lain, baik melalui anjuran maupun pengumuman tertulis karna diperlukan, untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar profesi atau kode etik keperawatan atau aturan perundang-undangan lainnya.
      11.  Perawat berhak untuk mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa profesi yang diberikannya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di institusi pelayanan yang bersangkutan.
      12.  Perawat berhak untuk memperoleh kesempatan untuk mengembangkan klien sesuai dengan bidang profesinya.
      Hak Perawat menurut clare fagin (1975)
      1.   Hak untuk memperoleh martabat dalam rangka mengekspresikan dan meningkatkan dirinya melalui penggunaan kemampuan khusus dan latar belakang pendidikannya.
      2.   Hak untuk memperoleh pengakuan sehubungan dengan kontribusinya melalui ketetapan yang diberikan lingkungan untuk praktik yang dijalankan, serta imbalan ekonomi sehubungan dengan profesinya.
      3.   Hak untuk mendapatkan lingkungan kerja dengan stres fisik dan emosional, serta resiko kerja yang seminimal mungkin.
      4.   Hak untuk praktek profesi dalam batas-batas hokum yang berlaku.
      5.   Hak untuk menetapkan standar yang bermutu dalam perawatan yang dilakukan.
      6.   Hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan yang berpengaruh terhadap keperawatan.
      7.   Hak berpartisipasi dalam organisasi sosial dan politik yang mewakili perawat dalam meningkatkan asuhan kesehatan.


      2.7.   Kewajiban Perawat
      1.      Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.
      2.      Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan batas kegunaannya.
      3.      Perawat wajib menghormati hak klien.
      4.      Perawat wajib merujukkan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik bila yang bersangkutan tidak dapat mengatasinya.
      5.      Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk berhubungan dengan keluarganya, selama tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada.
      6.      Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing selama tidak mengganggu klien yang lainnya.
      7.      Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada klien.
      8.      Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien atau keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya.
      9.      Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan bersinambungan.
      10.  Perawat wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus
      11.  Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tangan kemanusiaan sesuai dengan batas kewenangannya.
      12.  Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien, kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang.
      13.  Perawat wajib mematuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja.


      BAB III

      PENUTUP


      3.1 Kesimpulan
                 
                  Perawat adalah salah satu tenaga medis yang paling banyak berinteraksi dengan pasien secara langsung walaupun secara tidak langsung hingga saat ini masih banyak pasien atau bahkan keluarga pasien yang mengesampingkan atau bahkan memandang rendah profesi perawat ini. Padahal sebagai profesi yang paling banyak berhubungan dengan pasien, perawat memegang kunci penting dalam memberikan informasi mengenai kondisi kesehatan pasien kepada dokter untuk diambil langkah penanganan yang lebih lanjut.


      3.2 Saran

                  Semoga makalah dari kelompok kami dapat berguna bagi rekan-rekan dan semoga makalah kami dapat menjadi suatu acuan untuk kedepanya, untuk kritik dan saran akan kami terima untuk membentuk makalah yang lebih baik untuk kedepannya.